Dalam khazanah jamu
Indonesia,brotowali dikenal sebagai salah satu tumbuhan berkhasiat yang
banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.Tanaman ini dipercaya
dapat menyembuhkan demam, hepatitis, rematik, kencing manis, malaria, dan
meningkatkan nafsu makan. Selain itu, brotowali kerap digunakan untuk
pengobatan luar, misalnya mengatasi luka, kudis, dan koreng (skabies).
Pahit tapi
Berkhasiat Bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagaiobat adalah batang
dan daunnya. Kedua bagian tanaman tersebut biasanya direbus dengan sejumlah air
dan menghasilkan cairan yang rasanya sangat pahit atau di kalangan jamu jawa
dikenal sebagai pahitan. Rasa pahit brotowali dihasilkan oleh senyawa
pikroretin.Brotowali juga mengandung alkaloid, damar lunak, pati,
glikosida pikroretosid, harsa, berberin, dan palmatin. Sedangkan di bagian
akarnya mengandung alkaloid berberin dan kolumbin.“Brotowali berkhasiat
mengobati beragam penyakit diantaranya, kencing manis (diabetes melitus),
demam, radang hati (hepatitis), rematik, sciatika, sakit perut, diare, dan malaria,”
ujar Sidik Raharjo, dari industri jamu tradisional Merapi Farma
Herbal,Yogyakarta.
Ditambahkan Sidik,
brotowali juga ampuh mengobati luka, kudis (skabies), dan koreng. Secara
tradisional, tanaman ini biasa dimanfaatkan untuk menyembuhkan gatal-gatal
serta menambah nafsu makan. Para penjual
jamu gendong biasanya meramu herba lain yang sudah digunakan secara turun
temurun.Brotowali (Tinospora crispa) merupakan tumbuhan liar yang banyak
terdapat di hutan, ladang atau biasa ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuh di
daerah berketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. tanaman yang termasuk
keluarga Menispermaceae ini tumbuh merambat dan hidup subur di daerah tropis.
Ukuran batangnya sebesar jari kelingkingdengan bagian kulit
berbintil-bintil. Daunnya berbentuk membulat berujung lancip dengan panjang 7 -
12 cm dan lebar 5 -10cm. Brotowali dikenal juga dengan nama andawali, antawali,
bratawali, putrawali, daun gadel, dan shen jin then. Bisa Segar atau Ekstrak
Walaupun dikenal sebagai herba berkhasiat, tapi untuk mendapatkan khasiat yang
diinginkan, brotowali harus diolah dengan cara yang benar.“Banyak pengguna yang
tidak merasakan khasiat karena kurang tepat dalam membuat ramuannya,” ujar
Vidya Huraini, herbalis di Pusat Studi Biofarmaka IPB, Bogor.
Kebersihan alat
seperti talenan, panci, dan pisau merupakan hal yang sebaiknya selalu
diperhatikan. Gunakan panci dan pisau antikarat serta hindari talenan terbuat
dari kayu agar air rebusan yang dihasilkan tidak tercampur bahan-bahan lain,
misalnya kayu
dari talenan atau
lunturan alat perebus yang kurang baik. “Gunakan api sedang agar zat-zat yang
terkandung dalam herba bisa keluar dengan sempurna dan tercampur dengan air
perebusnya,” saran Vidya.
Pemanasan yang
terlalu tinggi menyebabkan volume air perebus cepat berkurang tetapi zat-zat
berkhasiat terkandung di dalam herba belum sepenuhnya keluar. Bahan yang telah
direbus sebaiknya tidak diminum lagi alias sekali pakai. Selain itu, konsumsi
herba sesuai takaran dan telaten dalam mengonsumsinya agar mendapatkan khasiat
yang diinginkan. Bagi yang sibuk dan tak sempat membuat ramuan dari bahan
brotowali segar, kini banyak dijual ekstrak brotowali dalam kapsul. Salah satu
produsennya adalah Pusat Studi Biofarmaka yang membuat ekstrak brotowali dalam
kapsul, baik tunggal maupun dengan campuran herba berkhasiat lainnya.