Kanker Payudara adalah
kanker wanita paling umum nomor satu dan pembunuh nomor dua di Indonesia
(setelah kanker leher rahim). Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) Kementerian Kesehatan pada tahun 2007, kanker payudara menempati
urutan pertama jumlah pasien rawat inap kanker di seluruh RS di Indonesia
(16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%).
Apakah Anda termasuk salah satu calon
mangsanya?photo © 2009 Amy | more info(via: Wylio)
Untuk mengetahuinya, ketahuilah faktor- faktor risiko mengembangkan kanker
payudara berikut:
1. Umur
Risiko terkena kanker payudara meningkat
seiring bertambahnya usia. Sebagian besar wanita penderita kanker payudara
berusia 50 tahun ke atas. Jika Anda mengalami menopause terlambat (setelah umur
55), risiko Anda lebih besar lagi. Secara umum, risiko mencapai puncaknya
pada usia lebih dari 60 tahun.
2. Riwayat kanker
payudara
Jika Anda pernah memiliki kanker di salah
satu payudara, Anda berisiko lebih tinggi bahwa payudara lainnya juga akan
terkena.
3. Riwayat keluarga
dengan kanker payudara
Jika ibu, saudara perempuan, atau anak
perempuan Anda memiliki kanker payudara (terutama sebelum usia 40), risiko Anda
lebih tinggi. Risiko berlipat dua bila ada lebih dari satu anggota keluarga
inti Anda yang terkena kanker payudara. Memiliki kerabat non-inti dengan kanker
payudara (misalnya tante, nenek atau sepupu perempuan) juga meningkatkan risiko
Anda.
4. Usia saat
melahirkan anak pertama
Semakin tua Anda ketika memiliki anak pertama
Anda, semakin besar risiko Anda terkena kanker payudara. Risiko juga meningkat
jika Anda sudah berusia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak.
5. Perubahan
payudara
Perubahan payudara sering terjadi pada hampir
semua wanita. Sebagian besar perubahan itu bukan kanker. Namun, beberapa
perubahan mungkin adalah tanda-tanda kanker. Jika Anda memiliki perubahan
jaringan payudara yang dikenal sebagai hiperplasia atipikal (sesuai hasil biopsi), Anda memiliki
peningkatan risiko kanker payudara.
6. Usia saat
menstruasi pertama
Jika Anda mulai menstruasi di usia dini (sebelum
12 tahun), Anda memiliki peningkatan risiko kanker payudara.
7. Terapi radiasi
di dada
Jika Anda harus menjalani terapi radiasi di
dada (termasuk payudara Anda) sebelum usia 30 tahun, Anda memiliki kenaikan
risiko. Semakin muda Anda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi
risiko Anda terkena kanker payudara di kemudian hari.
8. Kepadatan tisu
payudara
Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita
usia 45 tahun atau lebih yang memiliki minimal 75 persen jaringan padat pada
mammogram memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara. Para
ilmuwan belum tahu mengapa demikian.
9. Penggunaan
hormon estrogen dan progestin
Jika Anda mendapatkan terapi penggantian
hormon estrogen saja atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih
setelah menopause, Anda memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker
payudara. Selain risiko kanker payudara, estrogen plus progestin juga
meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, demensia dan pembekuan darah.
10. Obesitas
setelah menopause
Jika Anda mengalami obesitas setelah
menopause, Anda berisiko 1,5 kali lebih besar untuk mengembangkan kanker
payudara dibandingkan dengan wanita berberat badan normal.
11. Aktivitas fisik
Sebuah penelitian terbaru dari Women’s
Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada wanita
menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20
persen risiko kanker payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar di antara
wanita yang berberat badan normal. Dampak aktivitas fisik tidak ditemukan di
kalangan wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, aktivitas
fisik yang dikombinasi dengan diet dapat menurunkan berat badan sehingga pada
akhirnya menurunkan juga risiko kanker payudara dan berbagai penyakit lain.
Selain kesebelas faktor di atas, merokok
(pasif atau aktif) dan kebiasaan
makan juga berdampak terhadap risiko mengembangkan kanker
payudara.